Selasa, 10 Juli 2012

Nafsu Liar

Aku tingggal di sebuah perkampungan yang tidak terlalu padat penduduknya .Aku mengontrak sebuah rumah petak yang sebagian dindingnya terbuat dari anyaman bambu atau bilik seadang kebawahnya tembok batu bata.Terdiri dari ruang tamu ruang keluarga dan dapur bersatu dengan kamar mandi. Disebelahku tinggal sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak atau udah punya anak tetapi tidak dibawa serta.Aku tidak pernah tanya karena dalam pikiranku tidak perlu tahu urusan orang lain.
Namun yang membuat hatiku berdebar-debar saat melihat istri tetanggaku ini.Usianya mungkin sekitar 30 tahun tidak terlalu cantik namun tubuhnya betul-betul botoh ,bahenol atau sexy menurut bahasa sekarang.Rambut sebahu menggerai menyentuh pundaknya yang putih, payu dara membusung dibalik bajunya dan pantatnya membukit bulat dan besar , kalau jalan bergoyang kekanan dan kekiri.Namanya Sulastri namun aku sering memanggilnya Ba Sulastri.
Aku sering berhalusinasi membayangkan kemolekan tubuhnya sambil beronani di kamar mandi hingga sampai air maniku tertumpah. 
Sore itu aku pulang kerja, seperti biasa aku sudah membeli nasi bungkus untuk kulahap .Setelah menyimpan bungkusan nasi di atas meja aku duduk menghilangkan capek bersender pada kursi rotan.Tiba-tiba telinga ku menangkap suara senandung kecil dibalik tembok bilik samping rumahku.Ah pasti Ba Sulastri,  pikirku. Perlahan aku mencari lubang bilik yang memang sering aku guanakan untuk mengintip.
Benar saja terliahat Sulastri sedang membersihkan lemari namun kali ini tidak biasa, Sulastri hanya mengenakan bra dan kain handuk yang dililitkan.
Jantungku berdetak kencang ,muka terasa panas dan kemaluan ku bergerak bangun.Kini dengan jelas terlihat bukit payudara yang menyembul besar diadalam branya.Perut sedikit gemuk namun sangat serasi dengan keadaan payudaranya.
Aku mengorek lubang agar sedikit besar biar pemandangan itu makin kelihatan.Lastri sepintas melihat kerarah lubang di mana  aku mengintip.Ah jangan - jangan dia mengetahuinay, pikirku.Namu Sulastri kembali  mengerjakan tugasnya membersihkan perabotan sambil bersenandung kecil. Kini tubuhnya membungkuk membelakangiku sehingga handuknya yang memang pendek tidak mampu menutupi bukit pantatnya yang besar.
Aku menahan nafas saat melihat bulatan pantat yang menggunung serta celana dalam warna ping.Tangan ku meremas-remas kemaluanku.
Lastri menggoyang-goyangkan pinggulnya seiring dengan senandungnya, membuat bukit pantat itu bergoyang kekanan dan kekiri.
"Ah....",aku mendesah saat air maniku muncrat membasahi celana.
Selintas Lastri melirik kearah lubang tempat ku mengintip tetapi kembali cuek dan melanjutkan pekerjaannya.
Aku terkulai bersandar didinding,badan terasa lemas, maklum pulang kerja belum makan sudah harus menumpahkan air mani.
Malam hari nya diluar hujan sangat deras disertai angin kencang,pohon-pohon disekitar rumah kontrakanku berderak-derak mengerikan.Dari beberapa bagian atap rumahku terlihat ada yang bocor sehingga aku harus sibuk membetulkannya.
Tok..Tok !  Mas !
Terdengar suara ketukan dibalik pintu ku yang samar-samar diantara gemuruh air hujan.Aku bergegas keluar dan membukakan pintu.
"Eh ba Lastri , ada apa ya?",kataku kaget saat melihat yang berdiri didepan pintu ternyata Lastri.
"Mas bisa bantu aku ga",kata Lastri 
"Oh tentu , apa yang bisa saya bantu ",kataku semangat.
"Sekering dirumahku putus ,listriknya padam sedang suamiku sedang tugas malam",kata Lastri
"Oh gampang ,ayo kesana".! kata ku
Lastri dan aku masuk kedalam rumah kontrkan Lastri yang saat itu memang hanya diterangi sebuah lilin.
"Dimanan letak kotak sekeringnya ba",kata ku 
"Tuh diujung dekat pintu keluar",
"Ada senter gak",
"Gak punya mas ,pake lilin bisakan",  kata lastri sambil mengambil lilin dan didekatkan kearah ku.
Jantung ku berdetak kencang saat melihat kearah lastri yang sedang membawa lilin.Tubuh wanita itu mengenakan daster atau pakaian tidur yang tipis sehingga Buah dadanya yang terbungkus bra warna gelap terliha.Turun kebagian bawahnya tampak pakaian tidur itu tersingkap karena  memang hanya menggunakan ikat kain dipinggang sehingga kalau melangkah terbuka.tampak paha putih mulus terkena sinar lilin.
"Bagaimana bisa mas?",tanya Lastri saat melihatku bengong.
"Ya..ya bisa" jawabku gugup.
Hanya butuh seperempat jam aku berhasil menyambung sekering sehingga ruangan kembali dapa diterangi listrik.Kini aku dapat melihat tegas keadaan tempat itu termasuk Lastri.
Lastri mengenakan pakaian tidur warna ping yang terbuat dari abutai tipis sehingga bra didalamnya kelihatan,Tubuhnya yang memang bahenol sungguh semakin bahenol saja.
"Terima kasih mas, jangan  kembali dulu saya akan buatkan kopi",kata Lastri sambil tersenyum
"Makasih ngak usah repot-repot ",kataku basa-basi.
"Ah tidak hanya kopi saja",kata Lastri sambil masuk kedalam menuju dapur.
Aku menelan ludah saat melihat bukit pantat yang bergoyang kekanan dan kekiri saat wanita itu pergi.Ingin rasanya kumeremasnya.
Iseng-iseng aku menebarkan pandangan kesekitar ruangan itu,mataku melihat sebuah lubang kecil tempat aku mengintip namun lubang itu ditutu sebuah gambar yang latarnya hitam sehingga lubang itu samar tidak kelihatan.Aneh pikirku siapa yang memasang gambar itu.
"Nih mas kopinya masih panas",kata Lastri yang sudah kembali membawa segelas kopi yang masih mengepulkan asap.
"Terima kasih Ba",aku menerima gelas itu dan menaruhnya di atas meja.
"Hujannya besar sekali ya",kata lastri membuka pembicaraan.Dia mengambil tempat duduk tepat di depanku sambil bertopang kaki sehingga sebagian pahanya lolos dari penutup dasternya.
Aku kembali bergetar melihat pemandangan itu, sehingga apa yang diucapkan Lastri tidak kusimak baik-baik.
"Mas...hey kalah melamun",kata Lastri sambil menahan senyum.
"Oh eh maaf..ba , apa tadi",kataku gugup
"Diluar hujan masih besar",kata Lastri.
"Heeh...tapi gak apalah yang penting tidak banjir".
"Jangann dong...uh ngantuk..",kata Lastri sambil menguap,menutup mulutnya pakai tangan kanan sehingga dadanya semakin membusung.
Mata ku melotot melihat pemandangan itu , seandainya bukan istri orang sudah kuapakan kali pikirku.
"Mas aku minta tolong sekali lagi boleh nggak?"kata Lastri
"Boleh",jawab ku cepat.
"Dikamarku lampunya terlalalu terang bisa nggak tolong digantiin sama yang 5 wat".
"Ada lampunya".
"Ada , udah tiga harin yang lalu aku beli",
"Kalau begitu biar saya pasang",
Lastri berjalan mendahului didepan, lenggak lenggok pinggulnya bergoyang membuat aku hampir kehilangan akal ingin meremas bukit pinggul itu.
"Harus pakai bangku mas terlalu tinggi",kata Lastri setelah berada di kamar.
"Tapi itu tepat diatas tempat tidur ",kataku
"Biarin sudah biasa, nih kursi plastiknya",Lastri menyerahkan kursi plastik yang biasa digunakan pedagang dipinggir jalan.
"Bak pegangin ya,kursinya tidak stabil soalnya diatas kasur per",kataku
""Baik aku pegang",jawab Lastri sambil naik ketempat tidur.
Aku berdiri di atas bangku dan mencopot lampu yang lama sehingga ruangan itu guram hanya terkena pantulan sinar dari ruang tengah.
"Mana lampu lima watt nya",kata ku sambil berusaha mengendalikan keseimbangan karena kursiitu bergoyang-goyang tidak setabil.
"Nih", kata Lastri sambil menyodorkan lampunya.
Jantungku berdebar kencang saat melihat kebawah.Tampak belahan dada Lastri yang terkena cahaya tamaran .
"Eehh...",aku berteriak karena kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa tubuh Lastri.
Terasa badan yang lembut dan kenyal berada dibawah badanku, nafsuku sudah tidak bisa kukendalikan lagi, bukannya bangun cepat-cepat malah mendekapnya.
"Oh..mas...",Lastri mendesah tapi tidak berontak seolah-olah pasrah dalam dekapanku.
Diluar hujan semakin deras disertai angin kencang menambah suasana makin mesum.
Aku sudah melupakan apa yang namanya dosa , yang ada dalam pikiranku adalah menumpahkan hasrat yang sudah lama terpendam.
Dengan liar aku mencium bibir dan meremas-remas payu dara Lastri.
"Uh...ah.....",perempuan itu membalas ciumanku dan tangannya meraba-raba kemaluanku.
Bosan mencium bagian bibir , aku turun melumat payu daranya yang sudah kubuka branya.Dengan nafsu menggila aku menghisap punting bergantian dari yang kanan dan yang kiri.
"Aaaaaaah.......",Lastri mendesah penuh kenikmatan
Daster dan celana dalam wanita itu aku lepaskan satu persatu sehingga telanjang bulat.Memang tiada duanya tubuh wanita itu.Dada montok dan masih kencang dengan punting besar,perut tidak terlalu gemuk.Pinggul bulat dan besar .Vaginanya menggunung dihiasi sedikit bulu dan lubangnya masih bagus.
Aku kembali menerkam perempuan itu dengan ganas.Kuterlentangkan di atas kasur dan mulailah aku menciuminya dari mulut sampai ke ujung kakinya.
"Ahhh...mas...",desah lastri setiap kali aku mendaratkan ciumanku pada sekujur tubuhnya.
Aku makin gila, Paha lastri aku bukakan sehingga lubang vaginanya terkuak, lalu aku menjilatinya bagaikan menjilati es krim.
"Aa...aooo ahh ", Lastri menggerinjal gerinjal bagai cacing kepanasan.
Bosan dari depan aku terngkurepkan sehingga bukit pantatnya kelihata .Dengan nafsu aku mencium dan menghisap bulatan pantat itu lalu kembali menghisap lubang vaginanya.
"Mas cepat masukan aku tidak tahan",rengek Lastri.
"Hm baiklah ",jawab ku.
Dalam posisi menungging , aku menusukan kemaluanku kedalam Vagina.
"Ahhhhhh",desah Lastri saat kemaluanku memasuki vaginanya.
Dengan gerakan cepat aku mulai memacu ,maju mundur mengocok lubang vagina lastri.
"Ah..ah...ah  ", keluar desahan dari mulut lastri saat kemaluanku dikocok keluar masuk.
Entah sudah beberapa jurus atau posisi talah aku gunakan dari mulai menungging, menyamping , dibopong  sampai akhirnya aku sudah tidak tahan ingin keluar.
"Bak terlentang ..aku udah tak tahan",kataku
"Tapi bareng ya keluarnya",kata Lastri sambil terlentang dan membuka pahnaya lebar-lebar.
"Beres ",kataku sambil menindih tubuh Lastri dan memasukan kemaluanku pada vaginanya.Mulailah aku memainkan pinggulku dari pelan sampai cepat diiringi desahan nikmat mulut Lastri.
"Mas sekarang....",jerit Lastri yang sudah mau keluar.
"Baik", kata ku sambil mempercepat mengocok keluar masuk kemaluanku sampai akhirnya aku merasakan dalam vagina ada denyutan dan hisapan membuat akupun tak kuasa menahan air mani yang menyembur.
"Ah..mba...."teriakku sambil menekan kemaluanku lebih dalam.
Aku dan Lastri terkulai lemas.Tubuhku tengkurap dibadan perempuan itu untuk beberapa lamanya.
"Mas aku udah tahu kamu suka ngintip aku",kata Lastri sambil duduk dan bersender dipinggir tempat tidur.
"Benarkah.",kataku malu-malu.
"Makanya aku tutup pakai gambar berlatar hitam biar tidak ketahuan suamiku",
"Jadi mba sengaja memancing nafsuku ya kalau lagi bersih bersih",
"Habis matamu selalu jelalatan kalau lihat aku",kata Lastri sambil mencubit paha ku.
"Laki-laki mana yang tahan melihat kemolekan mu", kata ku sambil kembali meraba buah dada Lastri.
"Ih nafsu lagi ", kata Lastri sambil balas memegang kemaluanku.
Tampa basa basi lagi aku kembali menciumi dan menghisap punting perenpuan itu, lalu dibawa keluar kamar dan kutunggingkan diruang dimana biasa dia bersih bersih lalu aku menjilati pantat dan vaginanya.
"Kenapa ...di..disini mas",kata lasri sambil menahan geli.
"Aku selalu berkhayal kala mengintip menciumi dan menjilat pantatmu , sekarang terlaksana",kataku lalu kembali menjilat bukit pantat,pah dan vaginanya.
Lastri mendesah-desah menikmati jilatanku .
"Mas cepat masukan aku udah tak tahan...",
Aku mengiakan, dalam posisi menungging aku memasukan kemaluanku dan memacunya dengan ganas .lastri berteriak histeris kenikmatan.
Demikian aku melakukannya menyetubuhi Lastri hingga tiga kali sampai lemas dan terpaksa harus kembali kerumahku karena sebentar lagi subuh dan suaminya pulang namun Lastri berjanji kapanpun aku mau siap melayaninya asal tidak ada suaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar